Thursday, 12 June 2014

Teknik Penilaian


1. TES OBJEKTIF
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih jawaban di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.
Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1) Tes Objektif bentuk benar-salah ( True-False test).
2) Tes Objektif bentuk menjodohkan (Matching Test).
3) Tes Objektif bentuk melengkapi (Completion Test).
4) Tes objektif bentuk isian (Fill in Test).
5) Tes Objektif bentuk pilihan ganda (Multiple choice Item Test).
Tes objektif yang banyak dipakai dalam evaluasi hasil belajar siswa di sekolah adalah tes objektif pilihan ganda. Tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal. Sebagian besar guru merasakan bahwa tes objektif tipe pilihan ganda juga efektif dalam mengungkap materi pembelajaran dengan cakupan pengetahuan yang lebih kompleks, dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

Dalam evaluasi hasil belajar, tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan:
1. Jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif tak terbatas dibandingkan dengan materi yang dapat dicakup soal bentuk lainnya. Jumlah soal yang ditanyakan umumnya relatif banyak.
2. Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai evaluasi.
3. Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan dan materi yang luas dalam satu tes untuk suatu kelas atau jenjang.
4. Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
5. Reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan soal uraian.

Segi-segi kelemahan tes objektif khususnya tes objektif bentuk pilihan ganda antara lain:
1. Kurang dapat digunakan untuk kemampuan verbal.
2. Peserta didik tidak mempunyai keleluasaan dalam menulis, mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan yang mereka miliki yang dituangkan dalam kata atau kalimatnya sendiri.
3. Tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan problem solving.
4. Penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan bentuk soal lainnya.
5. Sangat sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis dan berfungsi.


2. TES ESSAY
Tes uraian adalah tes yang menuntut siswa mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang selanjutnya diekspresikannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Ciri tes essay :
  • Peserta didik memiliki kebebasan dalam mengorganisir jawaban.
  • Jawaban dapat panjang atau pendek .
  • Tergantung kemampuan, kemahiran peserta didik yang harus memberikan jawaban atas tes tersebut .
  • Batas jawaban yakni panjang atau pendek ditentukan oleh karakteristik pertanyaan yang harus dijawab
Contoh :
  • Bagaimana Pendapatmu tentang penerimaan CPNS tahun 2012 ini?.
  • Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Pemilihan Gubernur Jakarta pada putaran pertama, apakah sudah Jurdel dan Luber?.
Dilihat dari kebebasan menjawab pertanyaan tersebut maka pertanyaan nomor 2 (jelaskan) memberi peluang/ kesempatan peserta didik untuk memberikan jawaban panjang lebar tergantung pengetahuannya mengenai seluk beluk pemilukada Jakarta 2012. Disamping pengetahuan/ pemahaman mengenai keadaan pemilukada Jakarta itu sendiri ,penjawab diberi kesempatan juga untuk mengemukakan pandangannya mengenai Hal-hal mengenai pemilukada DKI jakarta. Lain halnya dengan pertanyaan nomor 1 ada batasan yang harus diperhatikan oleh penjawab antara lain kewajiban untuk menunjukkan titik lemah kekurangan maupun kekuatan atau kelebihannya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru apabila memberikan tes bentuk uraian adalah :
  • Jumlah soal harus dibatasi mengingat adanya kebebasan dalam memberikan jawaban .
  • Pertanyaan uraian bervariasi, seperti pertanyaan : (a) Jelaskan, ( b ) Bandingkan, ( c ) tunjukkan kelebihan dan kekurangan, ( d ) Apa yang anda ketahui tentang
  • Guru harus menyusun rambu2 jawaban sebagai panduan dlm memberikan penilaian
Kelebihan Tes Essay
  1. Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes uraian
  2. Melatih siswa mengkontruksi gagasannya dengan baik kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk komunikasi dengan guru .
  3. Hemat/ ekonomis karena sarana kertas untuk menjawab terbatas
Kekurangan Tes Essay
  1. Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi evaluasi juga terbatas.
  2. Jawaban heterogin sehingga sering menyulitkan dalam menilai .
  3. Subyektifitas penilai sulit dihindari
  4. Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga.
  5. Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa .
3. PENILAIAN UNJUK KERJA
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek OR, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4. Upayakan kemampuan yg akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati

Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya, untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik perlu dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (”ya”/”tidak”), terhadap indikator-indikator pada setiap KD. Peserta didik dinyatakan ”kompeten” apabila seluruh indikator terpenuhi (ya) dan ”tidak kompeten” apabila ada indikator yang tidak terpenuhi.
Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.

4. PENILAIAN SIKAP
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
-Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
-Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun -Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.


Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
*Sikap terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
* Sikap terhadap guru/pengajar
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
* Sikap terhadap proses pembelajaran.
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
* Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.
* Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.

Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
- Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.


5. PENILAIAN PROYEK
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
* Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
* Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
* Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Untuk membantu siswa dalam masalah proyeknya, guru perlu membantu siswa dengan beberapa petunjuk khusus untuk memformulasikan, meneliti dan mempresentasikan proyek mereka, yaitu:

  • Meminta siswa menulis deskripsi tentang proyek mereka dengan jelas. Deskripsi tersebut dapat berupa pertanyaan / permasalahan yang dapat dijawab
  • Siswa harus menunjukkan keinginannya untuk meneliti proyek tersebut 
  • Siswa harus mencatat semua yang dikerjakan dalam proyek mereka 
  •  Siswa harus menuliskan kesimpulan, bukti-bukti atau apapun dari hasil yang mereka dapatkan.

Tujuan Penilaian Proyek
Ruang lingkup tujuan penilaian adalah untuk memberikan para guru informasi yang mereka butuhkan untuk memberikan pelajaran yang berkualitas. Dengan penilaian yang terkumpul selama unit pelajaran, guru belajar lebih banyak mengenai kebutuhan para siswa dan dapat menyesuaikan pelajaran untuk meningkakan prestasi siswa. McMillan (2000) menjelaskan, “Ketika penilaian tergabung dengan pelajaran, ia akan menginformasikan guru aktifitas dan penilaian apa saja yang lebih berguna, tingkat pengajaran apa yang paling tepat, dan bagaimana penilaian sumatif memberikan diagnosa informasi.”
Penilaian proyek bermanfaat menilai :
  • Keterampilan menyelidiki secara umum
  • Pemahaman & Pengetahuan dalam bidang tertentu
  • Kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan
  • Kemampuan menginformasikan subyek secara jelas

 
6. PENILAIAN PRODUK
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian :
* Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
* Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
* Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

Fase dalam menghasilkan produk
1.      Persiapan: siswa dapat dinilai dalam kemampuannya membuat perencanaan, bereksplorasi, mengembangkan gagasan, dan membuat desain produk
2.      Produksi: siswa dapat dinilai dalam kemampuannya memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik
3.      Refleksi: siswa dapat dinilai dalam hal estetika, kesempurnaan produk, fungsional, keorisinilan.

Membuat perencanaan:
·         Apakah Anda akan menilai tahap persiapan, produksi, refleksi
·         Bagaimana/bagian mana relevansinya dengan kurikulum
·         Bagaimana Anda secara spesifik membuat kriterianya

Membuat Pencatatan:
·         Metode pencatatan apa yg akan digunakan (catatan singkat, analitik, atau holistik)
·         Siapa yg akan menilai (siswa sendiri, teman sebaya, orang tua, atau guru)
·         Bagaimana kriteria penilaiannya
·         Bagaimana tingkat keajegannya

Pelaporan:
·         Dari sudut pandang/eviden apa Anda menentukan tingkat kemampuan anak (menggunakan analitik, holistik, catatan singkat)
·         Lebih menekankan mana: tingkat kemajuan siswa individual atau keterbandingannya dengan siswa lain dikelompoknya
·         Bentuk pelaporannya dapat berupa uraian/deskripsi atau secara grafis

Penilaian produk dilaksanakan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
  • Pada tahap persiapan, siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan kemudian membuat desain (rancangan) produk apa yang akan dibuat. Guru memberi saran-saran untuk melengkapi gagasan atau meyempurnakan desain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk. 
  •  Pada tahap pembuatan produk, siswa memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik yang sesuai dengan desain yang telah disusun. Dalam proses pembuatan dimungkinkan siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. 
  •  Pada tahap penyerahan, siswa menyajikan produk atau memamerkannya kepada komunitas sekolah disertai uraian tertulis mengenai seluk-beluk produk tersebut, seperti maksud, ciri-ciri, proses perancangan dan pembuatan, dan lain-lain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaan dan memenuhi kriteria yang telah disepakati. (M.Nur Ampana, 2011)
Tujuan Penilaian Produk
Guru harus memahami tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrument penilaian.
Penilaian hasil kerja biasa digunakan guru untuk:
  • Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya. 
  •  Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang/ kelas di sekolah kejuruan. 
  •  Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan.
 Selain itu penilaian produk akan menilai kemampuan siswa dalam:
·         Bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain
·         Memilih bahan-bahan yang tepat
·         Menggunakan alat
·         Menunjukkan inovasi dan kreasi
·         Memilih bentuk dan gaya dalam karya seni (M.Nur Ampana Lea, 2011)

Penilaian hasil kerja bisa digunakan guru untuk:
·         Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya;
·         Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang/ kelas di sekolah khususnya sekolah kejuruan;
·         Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan.
(Hesty Borneo, 2012)

Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Produk
Kelebihan
1.  Guru dapat menilai kreatifitas anak untuk melihat siswa memiliki daya cipta dan mempunyai kompetensi
2.      Kompetensi masing-masing anak betul-betul dapat diketahui secara obyektif
3.      Siswa dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh secara langsung melalui pengalaman yang real.
4.      Siswa dapat menelaah kembali kebenaran materi yang telah diperoleh.
Kelemahan
1.      Memerlukann waktu yang cukup banyak.
2.      Tidak semua KD dapat dibuat karya nyata terutama yang abstrajk
3.      Biaya untuk membuat karya nyata kadang-kadang mahal
4.      Proses pembuatan perlu waktu yang lama.
5.      Kemampuan fisik sebagai penunjang tidak sama.
6.      Subjektif penskorannya.
 (NA Suprawoto, 2009)

7. PENILAIAN PORTOFOLIO
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tsb  merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
b. Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dg baik.
c. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
d. Milik bersama antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
e. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
f. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
g. Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik.
h. Penilaian dan pembelajaran

Teknik Penilaian Portofolio
1. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
4. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5. Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
6. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

Fungsi penilaian Portofolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM.

Portofolio peserta didik untuk penilaian merupakan kumpulan produk siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
a. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis.
b. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan.
c. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
d. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan.
e. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata-pelajaran.
f. Penyelesaian soal-soal terbuka.
g. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya.
h. Laporan kerja kelompok.
i. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer.
j. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.
k. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugas-kan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan).
l. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
m. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.

Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Kelebihan
  1. Merupakan paradigma baru dalam penilaian
Penilaian portofolio lebih menekankan pada proses perubahan kemampuan anak dari pada hasil belajar. Jika dalam proses telah diketahui bahwa seorang anak mengalami hambatan, maka  guru dapat segera memberi bantuan kepada anak tersebut sehingga  hambatan yang dihadapi segera dapat diatasi. 
  1. Akuntabilitas
Dalam sistem penilaian portofolio, anak dikutsertakan dalam proses penilaian. Dengan keterlibatan ini, anak lebih dapat menerima nilai yang didapatnya dan tanggung jawab terhadap hasil penilaian tidak hanya terletak pada guru. Pernahkah Anda membaca atau mendengar berita tentang anak yang menyerang guru atau merusak sekolah karena tidak naik kelas? Hal tersebut tidak mungkin terjadi pada penilaian portofolio. 
  1. Anak berperan secara aktif
Penilaian portofolio lebih bersifat individual dan semua anak terlibat secara nyata.
  1. Identifikasi
Dengan penilaian portofolio, kita akan lebih mudah menemukan hubungan antara tujuan belajar dan hasil belajar, karena hasil belajar lebih bersifat nyata, dan otentik. Misal, tujuan belajar adalah anak dapat mewarnai gambar dengan komposisi warna yang indah. Jika kita menggunakan penilaian portofolio, maka guru akan lebih mudah melihat hasil belajar setiap anak. Mampukah anak menghasilkan gambar dengan komposisi warna yang indah?  
  1. Keterlibatan Orang tua dan masyarakat
Penilaian portofolio lebih bermakna bagi masyarakat dan orang tua, karena  mereka dapat melihat perkembangan kemampuan anak dari waktu ke waktu, yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang nyata.   
  1. Penilaian diri
Dengan penilaian portofolio anak-anak diarahkan untuk mampu melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Misalnya guru dapat menanyakan kepada anak-anak: Coba lihat pada hasil lipatanmu. Sudah bagus belum? Kalau belum mengapa?
Ilustrasi ini mengajak anak untuk menilai hasil pekerjaannya sendiri.
  1. Fleksibel
Pengukuran dapat lebih fleksibel. Fleksibilitas pengukuran dalam penilaian portofolio dapat diartikan bahwa untuk menyimpulkan dan melaporkan hasil penilaian tidak diperlukan suatu pengolahan dan analisis yang rumit. Misal, jika kita ingin mengetahui perkembangan anak dalam mewarnai gambar dari waktu ke waktu, maka dengan mudah kita dapat melihat kumpulan hasil lukisan anak yang tersimpan dalam bundel portofolio.
  1. Tanggung jawab bersama
Guru dan anak bersama-sama merancang dan mengevaluasi hasil belajar.
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penilaian portofolio, ada kesepakatan antara guru dan anak tentang berbagai hal, termasuk tugas apa yang harus dikerjakan, lama mengerjakan, bagian-bagian yang dinilai, dan sebagainya. Misal, sebelum melaksanakan penilaian dengan pendekatan portofolio dalam menyusun mozaik, anak-anak diajak berdiskusi tentang pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. 
  1. Keadilan
Dengan penilaian portofolio, akan tercipta rasa keadilan. Anak yang pandai akan dapat menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya secara optimal, sedangkan anak yang kurang pandai akan dapat dibantu dalam meningkatkan kemampuannya .
Kelemahan
  1. Memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan dengan tes biasa
  2. Tingkat reliabilitas rendah. Tingkat reliabilitas yang rendah dalam arti penilaian portofolio tidak adapat menjamin keajegan hasil penilaian. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil penilaian, baik dari alat ukurnya, faktor anak dan faktor-faktor lain. Misal, seorang anak diberi tugas mewarnai gambar. Jika diberikan tugas yang sama pada lain waktu pasti hasilnya akan lebih baik, karena tugas itu merupakan tugas yang diulang.
  3. Walaupun dalam pendekatan ini mengarah pada penilaian proses dan hasil, tetapi ada kecenderungan bahwa penilaian lebih terfokus pada hasil, karena pengoleksian hasil belajar lebih mudah dibandingkan dengan proses.


Sumber :

No comments:

Post a Comment